Gambar di samping berupa peringatan untuk melarang orang-orang merokok di tempat tertentu. Kita bisa melihatnya di manapun misalnya di pom bensin, rumah sakit, dan masih banyak lagi.
Saya sangat membenci rokok bahkan perokok tidak peduli apakah saya kenal atau tidak pada perokok itu. Rokok mungkin barang tidak boleh dilupakan begitu saja bagi perokok yang mau pergi ke manapun. Seolah-olah mereka tidak bisa melewati seharian tanpa rokok sehingga persediaan rokok harus ada di saku pakaian mereka.
Saya tumbuh di dalam keluarga bebas rokok. Papa saya bukan perokok sehingga rokok tidak pernah kami (anak-anak) temukan di dalam Papa maksudnya di dalam saku pakaian atau tas. Saya sungguh berterima kasih pada Papa yang sangat peduli akan kesehatan. Mama saya pernah mengatakan bahwa Papa saya pernah mengisap rokok hanya dalam waktu singkat kemudian melepaskan diri dari kejahatan rokok sebelum saya datang ke dunia.
Sayangnya jika saya pergi ke manapun pasti menemui perokok sungguh menjijikkan. Jika saya melihat seorang pria yang tampan tapi begitu menyadari bahwa dia merogoh saku lalu mengambil rokoknya kemudian menyalakannya dan mengisapnya. Sudah tentu saya langsung mengalihkan perhatian ke tempat lain. Atau, jika ada orang minta izin untuk merokok ketika berdekatan dengan saya, sudah tentu saya langsung tidak mengizinkannya merokok di dekat saya. Memang, kelihatan menyinggung perasaan perokok. Itu lebih baik daripada mempersilakan mereka memasuki ke area rentan terhadap sejumlah penyakit.
Ketika saya bepergian dengan angkutan umum tanpa AC, penumpang baru masuk ke dalam angkutan umum sambil merokok itu langsung mematikan rokok dan membuangnya begitu melihat saya yang menutup hidung n menatap tajam kepada mereka. Biarpun menyakiti perasaan mereka secara tidak langsung, yang penting tanpa asap rokok karena saya tidak mau menjadi perokok pasif.
Oleh karena itu, saya sungguh menginginkan Indonesia meniadakan penjualan rokok dan perkebunan tembakau. Kalau bisa, saya berharap pabrik rokok dihancurkan atau dialihtempatkan menjadi pabrik daur ulang kertas atau semacam tempat yang ramah lingkungan. Lebih mudah menghancurkan bisnis rokok dan perkebunan tembakau begitu saja daripada mati-matian mendorong perokok untuk menghentikan kebiasaan merokok karena suatu hari ketika mereka sedang ditimpa masalah atau stress berat sudah pasti mereka lari mencari rokok.
Sepertinya harapan saya di atas mustahil untuk disetujui pemilik perusahaan rokok yang sangat menginginkan kekayaan/keuntungan daripada kesehatan manusia. Saya hanya bisa berharap para perokok di Indonesia mampu melepaskan diri dari godaan rokok. Hayoo, tergiurlah pada godaan buah-buahan bukannya rokok! :)
